Setelah niat, Ikhlas merupakan kunci kedua dalam melakukan ibadah, karena ikhlas merupakan salah satu syarat utama diterimanya amal kita. Kata ikhlas secara umum dapat kita artikan melakukan suatu perbuatan dari niat dalam hati hanya karena Allah SWT semata dengan mengharap ridho-Nya.
Tetapi sebaliknya, jika segala amal ibadah kita dilakukan tidak didasari niat yang tulus dan rasa ikhlas, maka sudah pasti segala macam ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah SWT bahkan mungkin bisa dicatat sebagai suatu perbuatan yang tidak terpuji.
Rasa Ikhlas pada manusia akan pudar jika ia sangat mencintai keduniaan, kemasyhuran,
kemulian, riya, sum'ah dan ujub
1. Riya ialah melakukan `ibadah dengan tujuan dilihat oleh manusia, sehingga
orang yang riya’ itu mencari pengagungan, pujian, harapan atau rasa takut terhadap
orang yang dia berbuat riya’ karenanya.
2. Sum’ah adalah amalan yang dilakukan dalam rangka agar didengar orang lain,
misalnya memperdengarkan bacaan Al-Qur’an atau yang lainnya.
3. Ujub adalah teman riya, yaitu perasaan bangga terhadap diri sendiri atas kemampuan
yang dimiliki secara berlebihan.
Pos ini bertujuan sebagai meningkatan keimanan dan rasa ikhlas yang ada pada diri kita
karena hanya dengan intropeksi dan kemauan yang keras dan langgeng kita insyaalllah
dapat meningkatkan rasa ikhlas dalam melakukan apapun (ibadah) semata hanya karena
Allah SWT. Berikut beberapa ciri orang yang melakukan ibadah dengan tidak ikhlas:
1. Mengharap Pujian
Sayyidina Ali r.a. mengatakan bahwa orang yang ikhlas tidak tidak akan pernah
mengharapkan pujian, bahkan ucapan terimakasih saja ia tidak menginginkannya.
Karena setiap amal perbuatan yang ia lakukan pada hakikatnya ia sedang berinteraksi
dengan Allah, sehingga ia hanya mengharap keridhoan Allah.
2. Pamer Amal Kebaikan
Seringkali kita jumpai teman/saudara pamer amal kebaikannya bahwa ia telah memberi
si A sekian, anak yatim sekian dan bantuan lain lain, kalau ini maksudnya hanya untuk
memancing orang yang lebih mampu agar supaya mendermakan harta bendanya di
jalan Allah SWT, hukumnya dapat menjadi mubah/jaiz, tapi kalau masalah pahala
atas amal ibadahnya menjadi hak prerogatif Allah. Tetapi kalau pamer amal
kebaikannya agar dipuji orang lain dan dipandang sebagai dermawan maka
perbuatan pamer amal kebaikannya akan menjadi suatu dosa.
3. Membedakan Orang
Kita sering melihat para pramuniaga melayani pembeli atas dasar penampilannya
jika ia perlente ia akan ramah tapi jika ia kumal dan memakai sandal jepit maka
mereka akan ogah-ogahan, ini menandakan ia tidak tulus dalam menjalankan tugasnya.
Kalau seorang mukmin yang ikhlas tentu tidak akan membedakan muslim atau non
muslim, kaya atau miskin, tua atau muda, dia akan tetap melakukan amal kebaikannya
dengan porsi yang sama tanpa pandang bulu. Berbeda dengan orang yang tidak ikhlas
dia akan memilih orang mana yang harus dibantu/ dihargai dan dihormati. Hal ini
ia lakukan karena ada rasa pamrih atau menginginkan balasan dari orang yang
dibantu/dihormatinya tersebut.
4. Niat yang Tidak Tulus
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkanapa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya
untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena
wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”
(HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Niat adalah faktor yang paling utama dan letaknya didalam hati, tidak ada yang tahu
kecuali dirinya dan Allah SWT, yang kedua baru lesan yang disusul dengan yang
ketiga anggaota badan (tindakan/perbuatan).
5. Kurang Bersyukur
Kalau kita ikhlas dalam beribadah pasti akan bersyukur apapun yang telah diperolehnya
hanya mengharapkan ridhoNya. Sehingga langkah perbuatannya selalu diikuti dengan
penuh keikhlasan. Berbeda dengan orang yang tidak pernah mensyukuri nikmat
yang diberikan Allah SWT, maka ia akan selalu menjalankan segala sesuatunya
dengan penuh beban, termasuk dalam menjalankan sholat menjadi tidak khusu.
Catatan
Allah tidak pernah membedakan amal ibadah yang dilakukan oleh hambaNya, selama
ia melakukannya dengan penuh rasa ikhlas serta mengharapkan ridhoNya semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar