Minggu, 12 Agustus 2018

9 Tips Ketika Orang yang Kita Cintai Meninggal










Kesedihan akan terjadi jika kita ditinggal oleh orang yang sangat kita cintai, namun
janganlah berlarut dalam kesedihan karena hidup harus berlanjut, Luka dan sedih akan
terobati dengan berlalunya waktu. Biarkan diri Anda menangis atau berduka dengan cara alami. Hanya dengan mengakui kesedihan Anda dapat mulai melangkah. Berikut adalah
9 Tips jika orang yang kita cintai meninggalkan kita untuk selama-lamanya.


إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Innalillaahi wa inna ilayhi raaji’uun atau 
(“Kita ini milik Allah, dan kepadaNya kita kembali”)


1. Sadar
Kita harus sadar dan mengakui bahwa kita adalah milikNya, maka hendaknya kita sadar, bahwa diri kita, demikian pula harta kita dan keluarga kita (orang tua, saudara/i, serta istri dan anak) juga adalah milikNya. Maka pengucapnya harusnya dapat mendatangkan ridha dengan segala ketetapanNya atas diri, harta dan keluarganya. Ketahuilah… apapun yang ditetapkanNya, adalah kebaikan (dengan segala hikmah dibaliknya); meskipun kita memandangnya “buruk”. Ketahuilah Allah Maha Tahu, jadi jangan kita merasa lebih tahu daripada Allah. Ketahuilah Allah Maha Bijaksana, jadi jangan kita merasa lebih bijaksana dari Allah. Dan ketahuilah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu; sedangkan kita tidak memiliki kekuasaan atas apa yang menjadi milikNya, termasuk pula diri kita, kita ini milikNya. Maka hendaknya kita bertawakkal kepadaNya, ridha serta sabar dengan ketetapanNya.

Mari kita perhatikan firman-firman Allah Ta’ala berikut ini:
 إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ 
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)”.
(Surat Az Zumar: 30).
  كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ 
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”.
(Surat Ali `Imran: 185).

 أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ 
“Di mana pun kalian berada, kematian akan mendapatkan kalian, kendatipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (Surat An Nisa’: 78)

 قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ 
 “Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kalian lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kalian, kemudian kalian akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia memberitahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan”. (Surat Al Jumu`ah: 8). “Sesungguhnya segala yang bermula itu akan berakhir, setiap yang kuat itu memiliki kelemahan dan setiap yang hidup pasti akan mati”

2. Fakta/Kenyataan
Kematian adalah fakta yang tak terbantahkan. Dari waktu ke waktu, kita sebagai manusia kehilangan diri kita di dunia sementara ini seolah-olah kita harus hidup di dalamnya selamanya. Dengan demikian, Allah mengirimkan tanda-tanda dan pengingat kepada kita dengan pengingat terbesar untuk melihat orang yang dicintai berlalu dari dunia ini. Hilangnya orang yang dicintai tidak diragukan lagi merupakan masalah yang menyedihkan dan hanya mereka yang mengalaminya dapat mengetahui kedalaman sebenarnya dari rasa sakit yang ditimbulkannya ketika menyerang. Tapi sama seperti masalah bagi seorang Muslim, ada cara yang ditentukan dalam Islam tentang cara terbaik untuk menghadapi kerugian juga - tanpa melampaui batas.


3. Sabar dan Ikhlas
Sabar dan iklas adalah kedua hal yang paling sulit dikendalikan ketika orang yang dicintai meninggal dunia. Sabar adalah kondisi ketika kita bisa menerima keadaan/kenyataan
dengan tetap memiliki hati yang tenang, sedang ikhlas berarti merelakan apa yang sudah bukan milik kita. Sabar dan ikhlas adalah sifat yang memungkinkan seorang Muslim untuk menunjukkan kepuasannya dan mengandalkan pada keputusan Allah pada
apa yang telah berubah di hadapan matanya, mengetahui dengan baik bahwa Allah tidak pernah membebani jiwa lebih dari yang dapat diambil dan Dia pasti akan mengkompensasi kerugian dengan sesuatu yang lebih baik. Inilah sebabnya mengapa Nabi Muhammad (saw) memberitahu kita kapan kesabaran sejati dicatat berkaitan dengan bencana yang menimpanya.  Memang, sangat sulit untuk merelakan sesuatu yang sudah pernah kita miliki, namun sekarang sudah tidak lagi. Perlu diketahui bahwa apa yang sedang kita miliki saat ini, hakikatnya bukanlah milik kita. Itu semua hanyalah titipan yang harus kita jaga sebaik mungkin. Ketika Tuhan mengambilnya kembali, maka kita harus rela. Karena pada dasarnya itu semua dulunya bukan milik kita.



2. Doa
Doa adalah senjata utama kaum muslim, ketika mereka masih hidup ditengah kita, doa
selalu kita panjatkan kepada Illahi untuk kebahagian dan kesejahteraan. Tapi setelah ada
salah satu anggota keluarga kita yang pindah ke alam akhirat, maka mereka sangat tergantung doa doa yang kita kirimkan untuknya, karena ia sangat membutuhkannya.

Membaca Al Qur’an pada orang mati,
Ada sebagian ulama menyatakan keharamannya secara mutlak, sementara sebagian yang lain menyatakan makruh, bahkan sebagian lain memperbolehkan. Perbedaan ini tidak perlu diperdebatkan, lakukan apa yang terbaik yang dapat kita lakukan, masalah amal, pahala, dan doa-doa kita diterima atau tidak itu urusan Allah semata.

ان الله لا يقبل من العمل الا ما كا ن له خالصا وبتغي به وجهه 
Artinya : “ Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali amal tersebut yang di niatkan dengan ikhlas demi meraih ridhanya” (HR, An-Nasa’i)

إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَه
"Jika seorang manusia meninggal, terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga; Shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya." (HR. Muslim dalam al-Washiyah no. 1631).

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan bahwa doa itu berstatus memperbaharui amal. Ini merupakan dalil bahwa mendoakan kedua orang tua setelah meninggal adalah lebih utama daripada bersedekah atas nama mereka, dan lebih utama daripada mengumrahkan mereka, dan membacakan Al-Qur'an untuk mereka.

Doa ketika mendengar orang meninggal
Jika kita mendengar berita duka/kematian seseorang muslim, berikut adalah doa yang
dapat kita amalkan: 
 إنَّا ِللهِ وإنَّا إلَيْهِ رَاجِعُوْن وَإِنَّا إليَ رَبِّنِا َلمُنْقَلِبُون الَلهُمَّ اكْتُبْهُ عِنْدَكَ ِفي اُلمحِسنِينِ وِاجْعَلْ ِكتابَهُ ِفي ِعلّيِّين وَاْخلُفْهُ في أَهْلِهِ في الغَابِرين وَلا تحَرِْمْنا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ 
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un wa inna ila rabbina lamunqalibun Allahumma uktubhu 'indaka fil muhsinin waj'al kitabahu fi 'illiyyin wakhlufhu fi ahlihi fil ghabirin wala tahrimna ajrahu wala taftinna ba'dahu
Artinya: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali dan kepada Tuhan kami semua akan kembali. Ya Allah! Tulislah dia (yang meninggal dunia) termasuk golongan orang-orang yang berbuat kebaikan di sisi Engkau dan jadikanlah tulisannya itu dalam tungkatan yang tinggi serta gantilah ahlinya dengan golongan orang-orang yang pergi dengan ketaatan PadaMu

Catatan:
Doa di atas untuk mayit laki-laki. Untuk jenazah perempuan ganti kata "hu" menjadi "ha". Contoh "اكْتُبْهُ" menjadi "اكْتُبْهَا"
Atau bisa dipendekkan seperti ini,
 إنا لله وإنا إليه راجعون اللهم أجرني في مصيبتي واخلف لي خيرا منها
Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. Allhumma ajirni fi musibati wakhluf li khoiron minha Artinya: Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami kembali. Ya Allah berilah kami pahala atas musibah ini dan gantilah bagiku yang lebih baik dari musibah ini.

Doa ziarah kubur
Doa ini kita baca saat kita berziarah ke kuburan,  Rasulullah menganjurkannya
untuk membaca bacaan doa berikut:
- Doa ziarah ke pemakaman umum (dari hadits riwayat Muslim)
 السلام عليكم أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، وإنا إن شاء الله تعالى بكم لاحقون، نسأل الله لنا ولكم العافية 
 Assalamualaikum Ahladdiyar minal mukminin walmuslimin. Wa inna insyaAllah taala bikum lahiqun. Nas'alullaha lana walakum al-afiyah
Artinya: Assalamualaikum wahai Ahli Kubur yang muslim dan mukmin. InsyaAllah kami akan bertemua kalian. Kami meminta Allah agar kami dan kalian diberi kesehatan.

3. Sadaqoh/Beramal
Sodaqoh adalah suatu perbuatan yang sangat bermanfaat baik dari kemanusiaan/duniawi maupun hubungannya dengan Allah SWT. Jadi sodaqoh ini perlu (kalau ada/mampu) dilakukan bagi seorang muslim untuk orang yang dicintai almarhum adalah dengan memberikan sodaqoh/amal atas nama mereka. Disebutkan dalam hadits Sa'd bin Ubaidillah, yaitu saat ia meminta izin kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk bershadaqah atas nama ibunya, lalu beliau mengizinkan. (HR. Al-Bukhari dalam al-Washaya no.2760). Juga seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Wahai Rasulullah, ibuku meninggal tiba-tiba, dan aku lihat, seandainya ia sempat bicara, tentu ia akan bersedekah. Bolehkah aku bersedekah atas namanya?" Beliau menjawab, "Boleh." (HR. Al-Bukhari dalam al-Jana'iz no.1388; Muslim dalam al-Washiyah no. 1004).

4. Menunaikan Qodho Puasa
   Pendapat yang mengatakan bahwa qodho’ puasa bermanfaat bagi si mayit dipilih oleh
   Abu Tsaur, Imam Ahmad, Imam Asy Syafi’i, pendapat yang dipilih oleh An Nawawi,
   pendapat pakar hadits dan pendapat Ibnu Hazm. Dalil dari pendapat ini adalah hadits
   ‘Aisyah,
 مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ صِيَامٌ صَامَ عَنْهُ وَلِيُّهُ 
  “Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki kewajiban puasa, maka ahli
   warisnya yang nanti akan mempuasakannya. ”

5. Melunasi Hutang
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anuma, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda :
 نَفْسُ الْـمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّىٰ يُقْضَى عَنْهُ 
Jiwa seorang mukmin itu terkatung-katung dengan sebab utangnya sampai hutang dilunasi.

Seorang yang meninggal dunia maka yang pertama kali diurus adalah membayarkan utang-utangnya meskipun itu menghabiskan seluruh hartanya dan tidak meninggalkan warisan. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
 مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ 
“…Setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya…”
[an-Nisâ’/4:11]

 مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصَىٰ بِهَا أَوْ دَيْنٍ غَيْرَ مُضَارٍّ ۚ وَصِيَّةً مِنَ اللَّهِ
 “…Setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan Allâh…” [an-Nisâ’/4:12]

Karena hutang sifatnya wajib dibayar/dilunasi, maka diharap jika ada keluarga yang meninggal segera urus hutang-hutangnya. Bagaimana jika harta yang ditingggalkan
tidak mencukup serta ahli waris dalam keadaan fakir. Sebaiknya ahli waris bersama dengan tetangganya mendatangi madyan/debitur, untuk membicarakan masalah hutangnya
mohon keringanan untuk mencicil. Pada umumnya debitur mengikhlaskan hutangnya.


6. Menunaikan Nadzar
Menunaikan Nadzar baik berupa puasa atau amalan lainnya Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu pernah meminta nasehat pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia mengatakan,
 إِنَّ أُمِّى مَاتَتْ وَعَلَيْهَا نَذْرٌ 
“Sesungguhnya ibuku telah meninggalkan dunia namun dia memiliki nadzar (yang belum ditunaikan).” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan,
 اقْضِهِ عَنْهَا 
 “Tunaikanlah nadzar ibumu.”


Jika anda sudah menunaikan haji/umroh, anda dapat melaksanakan haji/umroh atas namanya (jika semasa hidupnya bernadzar untuk haji/umroh).

7. Melanjutkan Silaturahmi
Walaupun melanjutkan silaturahmi/meneruskan hubungan keluarga dengan sdar/sdri almarhum sangat dianjurkan oleh ajaran Islam, tapi pelaksanaannya sulit dilakukan.
Pada umumnya hubungan sudah menjauh antara paman dengan ponakan, antar sepupu,
Biasanya saudara yang mampu dan berpangkat merasa lebih tinggi dan harus dihormati
jika ada saudara yang miskin seolah tidak mengenal, hanya mengenal saudara yang sepadan dengannya. Secara umum shilaturrahmi hukumnya wajib, dan memutuskannya merupakan dosa besar. Namun shilaturrahmi itu ada beberapa derajat/tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari yang lain. Yang paling rendah adalah tidak mendiamkan, artinya dia menyambungnya dengan mengajaknya bicara, walaupun dengan ucapan salam. Dan shilaturrahmi itu berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan. Di antaranya ada yang wajib dan ada pula yang mustahab (sunah).


8. Memaafkan dan Memintakan Maaf
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali berbeda berdapat, mengeluarkan kata yang mungkin menyinggung perasaan orang lain. Keluarga/ahli waris seharusnya meminta maaf atas kesalahan almarhum kepada tetangga dan kerabatnya. Memaafkan almarhum dari kesalahan apa pun yang telah mereka lakukan kepada Anda adalah hadiah besar yang dapat diberikan kepada mereka. Dengan melepaskan dendam atau bahkan sesuatu yang mereka berhutang kepada Anda, Anda menunjukkan sifat berbelas kasih yang menuntun kepada Allah yang berbelas kasihan kepada Anda. … Dan biarkan mereka mengampuni dan mengabaikan. Apakah Anda tidak suka bahwa Allah harus mengampuni Anda? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  Selain memaafkan, seorang Muslim harus membantu seorang Muslim yang telah meninggal sehubungan dengan hutang mereka yang mungkin telah dia tinggalkan. Muslim yang hidup juga harus membantu dalam pemakaman karena ini adalah salah satu hak seorang Muslim terhadap Muslim lain. Bantu kerabat dekat almarhum pada saat mereka kesulitan mengetahui bahwa mereka membutuhkan bantuan apa pun yang dapat datang ke arah mereka.


9. Renungan
Akhirnya, ambillah saat-saat berharga merenungkan realitas kehidupan ini dan bahwa kita semua akan tidur bersama dengan orang mati segera. Kami diberitahu untuk mengingat kematian sering dan bahkan didorong untuk mengunjungi kuburan untuk pemikiran dan pemandangan seperti itu memungkinkan kita untuk kembali ke jalur dan mengevaluasi kembali negara kita dengan Allah. Jangan biarkan Shaytaan membuat Anda sibuk dengan pembicaraan duniawi, tetapi ingatkan diri Anda sendiri dan orang lain di sekitar Anda, kematian ada di tikungan dan kita semua harus berbuat lebih banyak untuk menjadi hamba Allah yang lebih baik. Oleh kami berhubungan kembali dengan Allah setelah kematian orang itu, almarhum mungkin mendapatkan pahala untuk perbuatan baik Anda juga. Inilah mengapa Nabi Muhammad (saw) biasa melafalkan hal-hal berikut yang menunjukkan kebijaksanaan mengingat kematian sering:

 لسَّلامُ عَلَـيْكُمْ أَهْلَ الدِّيارِ مِنَ المؤْمِنيـنَ وَالْمُسْلِمينَ، وَإِنّا إِنْ شاءَ اللهُ بِكُـمْ لاحِقُـونَ، (وَ يَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ) نَسْـاَلُ اللهَ لَنَـا وَلَكُـمْ العَـافِيَةَ 
Assalaamu ‘alaykum ‘ahlad-diyaari, minal-mu’mineena walmuslimeena, wa ‘innaa ‘in shaa’ Allaahu bikum laahiqoona [wa yarhamullaahul-mustaqdimeena minnaa walmusta’khireena] ‘as’alullaaha lanaa wa lakumul- ‘aafiyata.
Artinya:
Damai bagimu, orang-orang dari tempat tinggal ini, dari antara orang-orang percaya dan mereka yang Muslim, dan kami, dengan kehendak Allah, akan bergabung denganmu. [Semoga Allah mengampuni kita yang pertama dan yang terakhir dari kita] Aku meminta kepada Allah untuk memberi kita kekuatan dan kekuatan.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar