Minggu, 19 Agustus 2018

Mengenal Mazhab









Arti Mazhab
Mazhab adalah istilah dari bahasa Arab, yang berarti jalan yang dilalui dan dilewati, sesuatu yang menjadi tujuan seseorang baik konkret maupun abstrak. Sesuatu dikatakan mazhab bagi seseorang jika cara atau jalan tersebut menjadi ciri khasnya.

Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj) yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.

Bermazhab sebenarnya konsekuensi dari anjuran Rasulullah saw dalam hadits “ikuti 3 generasi terbaik (generasi salaf: para sahabat, para tabiin dan para tabiit-tabiin)”, karena para imam mazhab memang termasuk generasi salaf, yang relatif paling mendalam ilmunya dalam bidang fiqih dan juga relatif paling mengetahui Sunnah-sunnah Nabi.

Pada dasarnya mazhab-mazhab dalam Islam timbul karena adanya perbedaan dalam memahami ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah yang sifatnya tidak mutlak.
pada umumnya adanya perbedaan mengenai maksud ayat-ayat zanni ad-dalalah (ayat yang pengertiannya masih bisa ditafsirkan). Pokok utama perbedaan-perbedaan diantara mazhab/aliran hanya terdapat pada penafsiran tentang ayat-ayat yang tidak jelas dan bukan mengenai ajaran dasar Islam. Jadi adanya perbedaan ini dapat diterima sebagai suatu yang benar dan tidak keluar dari Islam.

Kalau kita mampu, kita dapat berijtihad pada waktu menghadapi masalah dan melaksanakn hasil ijtihad itu. Tetapi kalau kita tidak mampu/orang awam kita dapat mengikuti hasil ijtihad dari salah satu mujtahij. Seperti fiman Allah dalam surat An-Nahl ayat 43:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,  (Surat An-Nahl Ayat 43)

Hukum Ber-Mazhab
Menurut Abu Hasan Alkayya, hukum bermazhab adalah wajib bagi:
1. Orang awam
2. Ulama/ahli fiqih yang belum mampu mencapai derajat mujtahid.


Tujuan Mengikut Mazhab
Tujuan orang awam mengikuti mazhab bukan semata-mata taqlid buta (meniru tanpa mengetahui dalil), tetapi tujuannya adalah hanya untuk memudahkan mereka mengikuti ajaran agama, sebab mereka tidak perlu lagi mencari setiap permasalahan dari Al-Qur'an, hadist, ijma’, qiyas dan lain-lain. Mereka cukup membaca ringkasan tata cara beribadah dari mazhab-mazhab tersebut. Hal ini dikarenakan tidak semua orang mampu dan memenuhi syarat untuk berijtihad.

Dalam agama sebenarnya tidak ada perintah dan kewajiban untuk bermazhab, demikian juga tidak ada keharusan mengikuti mazhab yang empat. Yang menjadi kewajiban adalah mengikuti Al-Qur'an dan sunnah dan dalil-dalil lainnya dengan benar.


Mazhab-Mazhab dalam Fikih
Dalam hukum Islam atau fikih terdapat empat mazhab besar, yakni: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Selain keempat mazhab itu, terdapat pula mazhab-mazhab lain yang dalam perkembangannya tidak sebesar keempat mazhab terdahulu. Mazhab-mazhab minor tersebut adalah mazhab at-Tauri, an-Nakha’i, at-Tabari, al-Auza’i dan Az-Zahiri. Di antara mazhab-mazhab minor ini yang cukup menonjol adalah mazhab az-Zahiri yang didirikan oleh Dawud bin Khalaf al-Isfahani.



Tokoh-tokoh Mazhab Fiqih yang Empat
1. IMAM ABU HANIFAH (80-150 H/699-767 M)
   Imam Abu HAnifah, pendiri mazhab Hanafi. Mazhab Al-Hanafiyah sebagaimana
   dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal sebagai terdepan dalam masalah pemanfaatan
   akal/ logika dalam mengupas masalah fiqih. Oleh para pengamat dianalisa bahwa di
   antara latar belakangnya adalah: Karena beliau sangat berhati-hati dalam menerima
   sebuah hadits. Bila beliau tidak terlalu yakin atas ke-shahihan suatu hadits, maka
   beliau lebih memilih untuk tidak menggunakannnya. Dan sebagai gantinya, beliau
   menemukan begitu banyak formula seperti meng-qiyaskan suatu masalah dengan
   masalah lain yang punya dalil nash syar’i.


2. IMAM MALIK BIN ANAS (93-179 H/712-795 M)
    Imam Malik bin Anas, pendiri mazahab Maliki, dilahirkan di Madinah, pada tahun
    93 H. baliau berasal dari Kablah Yamniah. Di sini jelas, para fuqaha tidak perlu lagi
   ijtihad dan rasio karena Madinah sebagai tempat asal dan dekat dengan Mekkah.
    Atas hal ini wajarlah kalau Imam Malik lebih cenderung lebih menguasai hadits
   dan kurang menggunakan rasio di banding Imam Abu Hanifah, karena faktor sosial
    dan budaya masyarakat. Mazhab ini ditegakkan di atas doktrin untuk merujuk dalam
    segala sesuatunya kepada hadits Rasulullah SAW dan praktek penduduk Madinah.
    Imam Malik membangun madzhabnya dengan 20 dasar; Al-Quran, As-Sunnah ,
    Ijma’, Qiyas, amal ahlul madinah , perkataan sahabat, istihsan, saddudzarai’,
    muraatul khilaf, istishab, maslahah mursalah, syar’u man qablana .
    Mazhab Maliki adalah kebalikan dari mazhab Al-Hanafiyah. Kalau Al-Hanafiyah
    banyak sekali mengandalkan nalar dan logika, karena kurang tersedianya nash-nash
    yang valid di Kufah, mazhab Maliki justru ‘kebanjiran’ sumber-sumber syariah.
    Sebab mazhab Maliki tumbuh dan berkembang di kota Nabi SAW sendiri, di mana
   penduduknya adalah anak keturunan para shahabat. Imam Malik sangat meyakini
    bahwa praktek ibadah yang dikerjakan penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah
    SAW bisa dijadikan dasar hukum, meski tanpa harus merujuk kepada hadits yang
    shahih para umumnya

3. IMAM SYAFI’I (150-204 H/769-820 M)
    Imam Syafi’i, yang dikenal sebagai pendiri mazhab Syafi’i adalah:
    Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i Al-Quraisyi. Beliau dilahirkan di Ghazzah,
    pada tahun 150 H, bertepatan dengan wafatnya Imam Abu Hanifah.
    Imam Syafi’i adalah seorang mujtahid mutlak, imam fiqh, hadis, dan ushul. Beliau
    mampu memadukan fiqh ahli ra’yi dan fiqh ahli hadits . Dasar madzhabnya: Al-Quran,
    Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Beliau tidak mengambil perkataan sahabat karena dianggap
    sebagai ijtihad yang bisa salah. Beliau juga tidak mengambil Istihsan sebagai dasar
    madzhabnya, menolak maslahah mursalah dan perbuatan penduduk Madinah. Imam
    Syafi’i mengatakan, ”Barangsiapa yang melakukan istihsan maka ia telah menciptakan
    syariat.” Penduduk Baghdad mengatakan,”Imam Syafi’i adalah nashirussunnah ,”
    Kitab “Al-Hujjah” yang merupakan madzhab lama diriwayatkan oleh empat imam Irak;
     Ahmad bin Hanbal, Abu Tsaur, Za’farani, Al-Karabisyi dari Imam Syafi’i.
     Sementara kitab “Al-Umm” sebagai madzhab yang baru yang diriwayatkan oleh
     pengikutnya di Mesir; Al-Muzani, Al-Buwaithi, Ar-Rabi’ Jizii bin Sulaiman.
     Imam Syafi’i mengatakan tentang madzhabnya,”Jika sebuah hadits shahih
     bertentangan dengan perkataanku, maka ia adalah madzhabku, dan buanglah
     perkataanku di belakang tembok,”


4. IMAM AHMAD HAMBALI(164 -241 H/780-855 M)
    Imam Ahmad Hambali adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal
    bin Hilal Al-Syaibani. Beliau dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabiul Awal tahun
   164 H (780M).
    Mazhab Al-Hanabilah Didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani .
    Dilahirkan di Baghdad dan tumbuh besar di sana hingga meninggal pada bulan Rabiul
    Awal. Beliau memiliki pengalaman perjalanan mencari ilmu di pusat-pusat ilmu,
    seperti Kufah, Bashrah, Mekah, Madinah, Yaman, Syam. Beliau berguru kepada
    Imam Syafi’i ketika datang ke Baghdad sehingga menjadi mujtahid mutlak mustaqil.
    Gurunya sangat banyak hingga mencapai ratusan. Ia menguasai sebuah hadis dan
    menghafalnya sehingga menjadi ahli hadis di zamannya dengan berguru kepada
    Hasyim bin Basyir bin Abi Hazim Al-Bukhari . Imam Ahmad adalah seorang pakar
    hadis dan fiqh. Imam Syafi’i berkata ketika melakukan perjalanan ke Mesir,
    ”Saya keluar dari Baghdad dan tidaklah saya tinggalkan di sana orang yang paling
     bertakwa dan paling faqih melebihi Ibnu Hanbal ,”
     Dasar madzhab Ahmad adalah Al-Quran, Sunnah, fatwah shahabat, Ijam’, Qiyas,
     Istishab, Maslahah mursalah, saddudzarai’. Imam Ahmad tidak mengarang satu kitab
     pun tentang fiqhnya. Namun pengikutnya yang membukukannya madzhabnya dari
     perkataan, perbuatan, jawaban atas pertanyaan dan lain-lain. Namun beliau
     mengarang sebuah kitab hadis “Al-Musnad” yang memuat 40.000 lebih hadis.
     Beliau memiliki kukuatan hafalan yang kuat. Imam Ahmad mengunakan hadis
     mursal dan hadis dhaif yang derajatnya meningkat kepada hasan bukan hadis batil
     atau munkar.

Fanatik Buta
Hal ini merupakan bantahan terhadap orang-orang yang jauh dari ilmu agama dan selalu taqlid buta, dimana mereka sering berkata ” Kalau bukan pendapat Imam Syafi'i, maka aku akan menolaknya” atau “Aku hanya akan mau memakai pendapat Imam Hambali, selainnya maka aku enggan. “ Padahal Imam Syafi'i dan Imam Hambali juga Imam-imam yang lain, tidak pernah sekalipun mengajarkan kepada para pengikut-pengikutnya, untuk fanatik buta kepada mereka. Semoga dengan mendengar perkataan-perkataan dari mereka, kita akan semakin Istiqamah dalam menegakkan Sunnah dan meninggalkan pendapat yang menyelisihinya .


Pendapat para imam tersebut erat dengan kondisi pada masa mereka hidup, yang tentunya akan terdapat perbedaan dan juga ada hal-hal yang kurang relevan lagi dengan masa sekarang. Hal ini justru langkah untuk mengikuti metode dan jalan hidup mereka serta melaksanakan pesan-pesan mereka agar tidak bertaqlid. Salah satunya ucapan Imam Ahmad bin Hanbal, yaitu:
 لاَ تَقَلَّدْنِي وَلاَ تَقَلَّدْ مَالِكًا وَلاَ الشَّافِعِي وَلاَ اْلأَوْزَاعِي وَلاَ الثَّوْرِي وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوا 
“Janganlah engkau taqlid kepadaku, demikian juga kepada Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Auza’i dan Imam ats-Tsauri. Namun ambillah (ikutilah) darimana mereka (para Imam itu) mengambil (yaitu al-Quran dan as-Sunnah)”.
Jadi hal penting yang perlu dilakukan adalah menggali pandapat itu dari sumber pengambilan para imam mujtahid yaitu Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah saw. yang shahih yang tidak diragukan lagi kebenarannya.


Imam Hadits yang mengikuti Mazhab Imam Syafi'ie adalah:
Imam Bukhori, Imam Muslim, Imam Nasa'i, Imam Baihaqi, Imam Turmudzi,
Imam Ibnu Majah, Imam Tabani, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, Imam Abu Daud
Imam Nawawi, Imam as Suyuti, Imam Ibnu Katsir, Imam adz Dzhabi Imam al Hakim



























Tidak ada komentar:

Posting Komentar