Minggu, 26 Agustus 2018

Hati yang Mati













Arti Hati yang Mati
Hati Yang Mati dapat diartikan seseorang yang mengaku dirinya Islam (Islam KTP)
tapi hatinya telah mati untuk mendengarkan dan mengakui kebenaran-kebenaran ajaran Islam bahkan akan merusak lingkungannya dan dirinya sendiri.

Mengapa Hati bisa mati?
Kalau diselidiki dan diamati,   akan kita temui 2 faktor utama yang dapat menyebabkan
hati sseeorang yang beragama  Islam dapat mati,  pertama dapat akibat dari cobaan
yang bertubi-tubi dan tak kunjung dapat diselesaikannya (misal Kemiskinan, kehilangan seseorang yang dia cintai). kedua karena mendapat nikmat yang berlebihan
(misal kekayaan, pangkat, dan kecantikan)

Hati yang mati bukan berarti dia tidak mengenal ajaran-ajaran Islam sebelumnya tapi
hatinya telah tertutup rapat dan terkunci, tidak mau lagi mendengarkan kebenaran firman
firman Allah dan sunnah nabi bahkan kecenderung meninggalkannya.

Hati yang mati secara tersirat disinggung dalam surat Al-Baqarah 
خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang berat”. (Surat Al-Baqarah Ayat 7)

Ada 3 ciri utama hati yang mati, yaitu:
 ‪1. Selalu menolak akan kebenaran dari Allah.
 ‪2. Selalu melakukan kerusakan / berlaku zhalim kepada sesama makhluk hidup
     bahkan terhadap dirinya sendiri. ‪
3. Kufur nikmat, tidak merasakan nikmat yang Allah berikan kepadanya. 

Hati yang mati tidak berarti dia tidak mengenal Rabbnya karena bisa jadi ia dulunya mempelajari Islam, sholat dan mengaji bahkan ilmu-ilmu Islam yang lain, karena suatu keadaan/kejadian yang menimpanya maka ia akan mati hatinya karena ia tidak menerima takdir dari Allah SWT. dan terus menerus mengeluh akan nasibnya hal ini yang dapat membuat orang Islam lambat laun akan mematikan hatinya, ia tidak lagi merasa berdosa kalau tidak menunaikan segala kewajiban sebagai muslim bahkan mulai menilai Allah
itu tidak adil terhadap dirinya. Kebalikannya baik orang yang kelebihan nikmat ia lupa akan akhirat tidak lagi menunaikan segala kewajiban tapi justru mengejar kenikmatan dunia semata.

Seseorang yang hatinya menuju kematian, ia akan lebih cenderung mulai meninggalkan
segala kewajiban bahkan seringkali melanggar larangan Allah. Berikut tiga hal pokok
yang perlu diperhatikan bila seseorang hatinya menuju kematian yaitu:
1. Meninggalkan Sholat, ini akan membuat hidupnya semakin kacau dan berantakan
    bahkan ia akan semakin terjemurus kedalam perbuatan keji, terseret ke lembah
    kemungkaran dan kesesasat, perhatikan 2 firman Allah berikut:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
   Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran)
   dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
   keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
  (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
   kerjakan. (Surat Al-'Ankabut Ayat 45)


۞ فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
(Surat Maryam Ayat 59)

2. Meninggalkan Sedekah
    Kalau seseorang tidak mau bersedekah berarti ia sudah tidak peduli lagi dengan
    lingkungannya, ia hanya ingin hidup sendiri, bahkan sering terjadi ia tidak peduli
    lagi dengan dirinya sendiri.

3. Meninggalkan Zikir, orang yang tidak pernah berzikir lambat laun hatinya akan mati,
    hatinya akan tertutup dengan nasihat dan ajaran agama, yang ada hanya kegelisahan,
    kecemasan dan ketidak tenangan.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(Surat Ar-Ra’d Ayat 28)

Sesungguhnya hati yang telah mati, mengeras, adalah hati yang tidak bisa memahami, dan mengambil nasehat-nasehat yang disampaikan kepadanya, yang berasal dari Al-Quran maupun As-Sunnah, yakni hadits Rosulullullah Shallallahu’alayhi Wa Sallam.
Hatinya tidak tergerak sedikitpun. Ya karena Allah telah mengunci hatinya disebabkan dosa-dosa yang terus-menerus dia perbuat di muka bumi ini. Allah Ta’ala berfirman:

بَلْ يُرِيدُ الْإِنسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ
Bahkan manusia itu hendak membuat maksiat terus menerus. (QS. Al-Qiyaamah :5)


كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (QS. Al Muthoffifin: 14)

‪ ‪
Serta dalam riwayat Ibrahim bin Adam atau dikenal juga dengan nama Abu Ishaq, yang sedang berjalan dipasar Bashrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan seraya bertanya: "Wahai Abu Ishaq, sudah sejak lama kami memanjatkan do'a kepada Allah, tetapi mengapa do'a-do'a kami tidak di kabulkan?
Padahal Allah telah berfirman dalam kitab-Nya; "Berdo'alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan do'a kalian." (QS.Ghoofir : 60). ‪
Lalu Abu Ishaq menjawab, "Hal itu dikarenakan hati kalian telah mati dengan sepuluh perkara berikut :
1. Kalian mengenal Allah tetapi kalian tidak menunaikan kewajibannya.
2. Kalian mengakui mencintai Rasulullah, tapi kalian meninggalkan sunnahnya.
3. Kalian membaca Al-Qur’an, tapi kalian tidak mengamalkan isi kandungannya.
4. Kalian sangat banyak diberi nikmat karunia, tapi kalian tidak mensyukurinya.
5. Kalian selalu mengatakan bahwa syetan itu musuh kalian, tetapi kalian mengikuti
    langkahnya.
6. Kalian mempercayai surga itu ada, tetapi kalian tidak berbuat amal untuk
    mengantarkannya kesana.
7. Kalian mempercayai neraka itu ada, tetapi kalian tidak lari dari panas siksanya.
8. Kalian mengakui bahwa kematian itu benar adanya, tetapi kalian tidak mempersiapkan
    diri untuk menghadapinya.
9. Kalian sibuk mengurusi kekurangan orang lain, akan tetapi lupa pada kekurangan
    diri sendiri.
10. Kalian mengubur jenazah, akan tetapi tidak mengambil pelajaran dari peristiwa
      tersebut.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar